Hidup ini Hambar tanpa Seks, Kawan !

Tak ada yang menyangkal bahwa hidup di dunia ini hambar rasanya tanpa cinta, tanpa seks dan tanpa ketertarikan terhadap sesuatu yang indah, cantik dan menawan hati. Begitulah Allah menganugerahkan fitrah tersebut dalam diri setiap kita sehingga kita bisa merasakan bagaimana nafsu merasuk, benih-benih cinta tumbuh perlahan dan getar asmara meliputi jiwa. Berbahagialah Anda yang bisa menikmati semua itu. Sebagai pertanda bahwa Anda lelaki normal adalah ketika Anda bisa merasakan indahnya kehidupan melalui fitrah yang Allah berikan, untuk selanjutnya disalurkan dengan cara yang benar; membangun dan melanjutkan proses kehidupan sebagai manusia untuk memakmurkan bumi ini.

Bila kebutuhan terhadap seks adalah fitrah, maka ia pun harus dijaga agar tetap fitri (bersih), tidak disalahgunakan dan disalurkan dengan cara yang tidak sesuai dengan syariat (aturan)-Nya. Karena itu Allah turunkan Al-Qur’an sebagai aturan dan sistim hidup, serta mengutus Rasul-Nya untuk menjelaskan kandungannya, lalu mengejawantah dalam prilaku keseharian beliau yang selanjutnya kita kenal sebagai sunnahnya. Inilah dua pedoman hidup setiap muslim agar senantiasa berada di atas jalan yang benar dan lurus, termasuk bagaimana mengelola dan menyalurkan kebutuhan seksualnya. Sabda beliau, Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan pada keduanya, yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan sunnah Rasulullah Saw. (HR. Muslim)

Naluri seksual manusia harus dibingkai dalam sebuah aturan agar tidak menyimpang hingga membuatnya menjadi lebih rendah daripada binatang. Maka ketika Allah memberikan potensi berupa akal, telinga dan mata untuk melihat kebenaran lalu abai dan enggan mengikutinya, maka itulah saat dimana kita telah memposisikan diri kita lebih rendah daripada binatang yang tiada berakal. “Mereka (manusia) punya hati, tetapi tidak digunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka punya mata (tetapi) tidak untuk melihat (kebenaran), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak digunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu laksana binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. al-Ã’raf: 179).

Moralitas membuat kita berbeda dengan binatang ternak, yang bagi binatang ternak sendiri hidup adalah kebebasan. Mereka tak butuh aturan yang harus menata pola hidup mereka. Tetapi alur hidup manusia terkontrol oleh aturan tata nilai kebenaran, yang secara fitrah dipancarkan oleh hati nurani dan akal fikiran. Dengan itu kita dapat mengendalikan tarikan instink biologis kebinatangan yang ada dalam diri. Membuat kita hidup teratur saat berada dalam bingkai dan norma-norma yang benar.

Allah lalu memperingatkan kita dengan firman-Nya, “Janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan jalan yang paling buruk.” (QS. Al-Isra:32) Kita telah merasakan betapa perbuatan keji; perzinahan yang dibungkus dengan kalimat lebih halus; perselingkuhan, telah menciptakan berbagai jenis kerusakan; runtuhnya sebuah rumah tangga hingga terjadinya pembunuhan. Maraknya perzinahan atau perselingkuhan, penyimpangan orientasi seksual dengan menyukai sesama jenis adalah prilaku yang tidak hanya menciptakan penyakit fisik, tapi juga penyakit sosial, mental dan moral di tengah masyarakat.

Ketika Allah ciptakan pada diri kita insting biologis dan naluri seksual, maka penyalurannya yang benar melalui proses pernikahan. Rasulullah saw. bersabda, “Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah sanggup memikul beban. Hendaklah ia segera menikah, karena hal itu dapat menundukan pandangan dan menjaga kehormatan. Sebaliknya siapa saja yang belum mampu, hendaklah ia shaum karena hal itu dapat menjadi perisai.” (Muttafaq ‘Alaihi) Jalur resmi dan sah itu adalah menikah bila merasa diri telah sanggup memberi nafkah untuk istri. Bila belum mampu, maka ada cara mengendalikan nafsu seksual, yaitu berpuasa. Inilah wadah dan bingkai yang benar itu.

Walau demikian, menikah bukan hanya sebagai wadah yang sah untuk menyalurkan kebutuhan biologis. Tetapi juga untuk merasakan ketenangan dan kedamaian dengan kehadiran seorang istri yang kita cintai, sebagai tempat berbagi, membangun keluarga dan untuk mendidik generasi baru. Karena itu pula Rasulullah saw. memberikan beberapa kriteria memilih calon pasangan hidup. Beliau bersabda, “Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun Alaihi)

Termasuk ke dalam kategori agama disini adalah teguh dalam beragama, baik budi pekertinya dan mulia akhlaknya, dan inilah sebaik-baik pilihan. Demikian pula bagi wanita hendaknya bersandar pada kriteria ini. Bersyukurlah bila pendamping Anda itu cantik, tampan, kaya raya dan berakhlak mulia. Itulah kenikmatan dunia. Maka Rasulullah saw. bersabda, Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita yang baik (sholehah)!” (HR. Ibnu Majah)

Demikianlah Allah dan Rasul-Nya memberikan aturan hidup yang seharusnya membingkai kehidupan dan segala aktivitas kita agar tidak menyimpang hingga menimbulkan dampak keburukan yang tidak hanya menimpa kita, tapi juga orang-orang yang ada di sekitar kita. Demikian pula dalam pemenuhan insting biologis dan naluri seksual, bila dikelola dan disalurkan dengan cara yang benar sesuai tuntunan-Nya, maka betapa indah hidup ini; lahir dan batin. Wallahu a’lam.

Sumber : www.kompas.com diakses hari Kamis tanggal 6 Mei 2010

0 komentar:

Posting Komentar